Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil
Aalaamiin...
Segala puji
bagi Allah, penulis masih diberikan kesehatan dan panjang umur. Sungguh, nikmat yang luar biasa untuk kita syukuri
Tidak terasa
bulan Ramadhan 1436 Hijriyah meninggalkan kita. Rasanya baru kemarin penulis
menyapa anda dengan kiriman motivasi, kajian sastra, karya sastra dan artikel
yang kiranya bermanfaat. Ya, baiklah, hari ini saya menulis pengalaman saya
sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Kita tentu
tahu bahwa semua orang tentu berbeda upaya dalam meraih sukses. Tidak sedikit
diantara mereka yang gagal lantaran kendala dan tidak sedikit pula yang meraih
keberhasilan. Sahabat, anda pasti pernah merasakan sakit. Ada sakit hati karena
tidak lulus Ujian Nasional, tidak lulus masuk perguruan tinggi negeri favorit,
dikhianati pacar dan sebagainya. Semuanya itu tentu menyakitkan bukan? Namun
ketahuilah, dibalik itu semua tentu ada hikmah yang dapat kita ambil.
Nah,
berhubung kita bicara masalah sukses, maka sasaran penulis sebenarnya adalah
calon-calon orang sukses, terutama para remaja sebagai generasi penerus bangsa.
Saya paham betul tentang seluk beluk kehidupan remaja zaman sekarang. Ketika
gagal dalam menjalin asmara atau istilahnya putus cinta, sulit bangkit. Halo, kemana saja sampai detik ini masih
memikirkan bangkit dari putus cinta? Oke, tidak mengapa sih kawan, tetapi perlu
diketahui jangan berlarut-larut juga dalam kegalauan ya. Sebenarnya kenapa kita
bicarakan cinta? Bukankah topik kita sekarang tentang kesuksesan? Oh, ya
penulis hampir lupa.
Langsung
saja, kita tentu paham dong apa itu jalur SNMPTN? Apa? Belum paham juga? Apa
pura-pura tidak tahu ya? SNMPTN adalah singkatan dari Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri dimana setiap calon mahasiswa dan mahasiswi yang
selajutnya dinyatakan lulus Ujian Sekolah dan Ujian Nasional tingkat Sekolah
Menengah Atas atau sederajat yang telah mempunyai NISN (Nomor Induk Siswa
Nasional) dan Kata Sandi (Password) yang diberikan dari pihak sekolah
berkesempatan menduduki kursi sesuai jurusan dan Perguruan Tinggi Negeri yang
dipilih dengan sistem penilaian dari pihak panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri dengan mempertimbangkan :
1.) Nilai
Rapor dari semester 1 sampai 5
2.) Prestasi yang dimiliki oleh pendaftar (Piagam
yang diupload dengan discan terlebih dahulu, tetapi jika ada)
3.) Nilai Ujian Nasional
4.) Indeks Prestasi Sekolah
5.) Akreditasi Sekolah
6.) Alumni
dari sekolah yang sebelumnya ada yang diterima di jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri.
Begitulah
pengertian saya tentang Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri,
silahkan nilai sendiri antara mendetail atau tidak, antara memuaskan atau
berbelit-belit. Tapi begitulah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri,
pada intinya ini adalah jalur undangan yang tidak semua orang bisa masuk. Mulai
dari orang yang pintar, setengah pintar sampai pintar keliru semuanya ada
peluang diterima. Tenang saja, buktinya banyak yang terjadi, orang yang cerdas
di kelas, mendapat rangking lima besar atau bahkan tiga besar ternyata saat
pengumuman tiba, eh malah tidak lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
Ada pula
orang yang mempunyai puluhan sertifikat, rajin masuk sekolah ternyata hasil
seleksi mengatakan “Anda tidak diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri” Namun, ada seorang siswa
yang biasa-biasa saja, ada alpanya, sering mengantuk di kelas ternyata
dinyatakan lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Anda pasti
menilai ini semua ironis bukan? Tunggu dulu, anda tidak bisa mendakwa seratus
persen ini adalah hal yang ironis karena sesungguhnya ini bukan hal yang
ironis. Kenapa saya mengatakan seperti ini? Ya, karena orang-orang yang
dibilang pintar bahkan super cerdas di kelas, sebenarnya banyak yang salah
mengambil keputusan memilih jurusan dan perguruan tinggi negeri.
Ada suatu
kisah diambil dari survei acak, kami beri contoh seorang anak bernama Andi.
Banyak yang mengatakan Andi anak yang pintar, cerdas, rajin menabung dan rajin
sekolah bahkan ini sudah menjadi buah bibir di lingkungan sekolah dan desa
Andi. Dilihat dari nilai rapornya sebenarnya nilainya bagus. Nilai tertingginya
sebenarnya adalah Biologi, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam hal teori
dan praktek memang bisa dibilang Andi lebih menonjol dan unggul dalam tiga mata
pelajaran tersebut. Sayangnya, karena desakkan orang tua agar anaknya bisa
menjadi pengacara, maka Andi pun memilih program studi hukum di Universitas
Gadjah Mada. Padahal, kalau dipikir-pikir, Andi telah mengorbankan jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam. Kenapa? Ya, karena jurusan hukum adalah jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial. Tetapi baginya itu hal yang sepele. Disinilah letak kesalahan pertama
yang jarang diketahui banyak orang. Memang, jurusan Ilmu Pengetahuan Alam bisa
lintas jurusan ke Ilmu Pengetahuan Sosial. Namun, kalau kita bisa mengerti,
peluang masuk jurusan hukum bagi anak jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial sangat
besar ketimbang anak Ilmu Pengetahuan Alam karena panitia Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri lebih memprioritaskan anak Ilmu Pengetahuan Sosial
untuk masuk sesuai jurusannya.
Andi
ternyata memilih jurusan hukum Universitas Gadjah Mada sebagai pilihan pertama.
Dia tidak mempertimbangkan masak-masak. Kesalahan yang kedua adalah karena
tidak berkonsultasi pada guru bimbingan konseling. Pasti di setiap sekolah
tentu hadir guru bimbingan konseling. Namun rupanya tidak dimanfaatkan untuk
bertanya soal pilihan jurusan dan resiko selanjutnya. Kesalahan yang ketiga
terletak pada kesalahpahaman orang tua, keegoisan orang tua pada Andi.
Sebenarnya inilah kesalahan terbesar yang harus diketahui. Kesalahan
selanjutnya adalah tidak melihat alumni, akreditasi dan indeks sekolah. Coba
anda perhatikan baik-baik, apakah ada alumni dari sekolah anda yang pernah dan
banyak diterima pada program studi pilihan anda atau setidaknya beberapa
diterima di universitas negeri tujuan anda tadi. Selain itu, kesalahan pun bisa
datang dari orang itu sendiri. Ya, apakah murni kesalahan dari Andi sendiri?.
Mungkin saja karena asal-asalan memilih jurusan, Andi tidak mempertimbangkan mana
jurusan yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan. Tidak jarang dalam
memilih jurusan, hal ini membuat kerumitan sehingga berujung kegalauan. Maka, ketika
pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi itu berkumandang, Andi stres
berat. Padahal jauh-jauh hari ia berambisi kuat dan optimisme yang super bahwa
dia akan diterima. Tetapi sayangnya ia gagal masuk Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi. Tetapi apakah Andi akan bunuh diri? Coba anda tanyakan pada
rumput yang bergoyang.
Setelah
Andi saya mengajak anda membaca cerita Yahmin. Ya, ada anak bernama Yahmin. Dia
tidak pintar, sering absen, tetapi masih punya tekad dan semangat. Mungkin saja
dia terlihat biasa-biasa saja, tetapi soal pemahaman masih bisa diandalkan. Ya,
itu karena dia cerdas, tetapi tidak pintar. Dia memikirkan matang-matang
jurusan yang akan dipilih dengan bijaksana. Sebulan sebelum pendaftaran Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dia melobi guru bimbingan konseling,
bahkan dengan berani ia berhadapan empat mata. Tidak gugup, tetapi mantap dia
yakin ketika mendengar kritik dan saran dari guru bimbingan konseling. Dia
telah bermusyawarah dengan orang tuanya, hasilnya ia yang putuskan sendiri.
Orang tuanya tidak berani mengekang sebab dia bersikap tegas. Dia mengenali
musuh-musuhnya jika dia memilih jurusan hukum dan Universitas Gadjah Mada
sebagai pilihan pertama. Dia yakin akan kalah sebelum berperang. Tapi dia punya
potensi dan mengenali diri sendiri akan bakat, minat dan kemampuan yang dia
miliki. Yahmin senang berinteraksi dengan orang lain. Dia mudah bergaul dan
akrab dengan siapa saja. Kalau sedang berbicara, teman-temannya senang
mendengarkannya. Dia terkenal suka berdiskusi dan sebenarnya aktif. Ia rasanya
mempunyai jiwa seorang guru. Maka dari situlah ia memutuskan untuk masuk
jurusan Pendidikan. Setelah berpikir panjang, pada saat pendaftaran Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Yahmin dengan mantap mengambil jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, kemudian dia memilih Universitas Negeri
Yogyakarta. Jurusan itulah sebagai pilihan pertamanya pada Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri. Yahmin sebenarnya tidak terlalu optimis, tidak juga
pesimis. Ia tidak mau ambil pusing dan tetap tenang seandainya tidak lolos,
tapi merasa beruntung dan bersyukur ketika diterima. Tidak lupa dia berdoa. Oh,
ya satu hal, dia ternyata mempertimbangkan juga akreditasi sekolah, indeks
prestasi sekolah, alumni sekolah. Ini penting ia pertimbangkan secara sangat matang.
Oh, ternyata dia tahu bahwa kakak-kakak kelasnya dulu ada yang diterima di
universitas negeri pilihannya. Jumlahnya tidak banyak memang, tetapi beberapa
saja. Dia pun langsung masuk ke halaman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri dan mendaftar pada pilihannya tadi. Akhirnya lebih dari sebulan, hari
pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tiba, Yahmin
merasa girang ketika mendapat latar belakang warna hijau pada halaman Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi. Tidak hanya itu, di situ tertulis ucapan,
“Selamat anda lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, program
studi dan perguruan tinggi dimana anda diterima adalah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Apa yang dapat kita petik dari dua kisah diatas, yakni Andi
dan Yahmin? Tentu anda tahu bukan? Dari
situlah Dari kisah itu tentu kita bisa
memetik pelajaran berharga. Keberuntungan tidak mengenal pintar ataupun bodoh,
melainkan karena faktor “BEJO” atau “KEBERUNTUNGAN” itu sendiri. Yang terpenting adalah kenali
dirimu, kenali musuhmu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga bermanfaat dan boleh dishare. Jangan lupa
mencantumkan sumbernya.
Tangerang
Selatan, 05 Juli 2015
Penulis,
Dirham
Jika ingin
meng-copy-paste artikel di atas, harap mencantumkan sumbernya.
Like, Share,
Kritik dan Saran (Komentar) sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas karya
di masa yang akan datang
Terima kasih
atas kunjungannya
0 Response to ""TIPS DAHSYAT DAN SUPER JITU LULUS SNMPTN""
Post a Comment